TERJEMAH KIMIYAUS SA'ADAH - KIMIA KEBAHAGIAAN KARYA AL-GHAZALI


Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, kalimat itulah yang paling tepat untuk penulis ucapkan, sebab dengan hidayah iman, Islam, dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penerjemahan buku ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam. Wa ba’du.

Buku sangat memberikan inspirasi bagi setiap orang untuk melakukan transformasi spiritual. Inti buku ini ialah bagaimana mengubah jiwa yang rendah, gelap, dan buruk menjadi jiwa yang bersih, suci, dan agung.

Menurut Al-Gazali, kalau dalam ilmu kimia memerlukan peroses tertentu untuk mengubah suatu substansi yang rendah menjadi substansi lebih mulia (emas) dan mungkin membutuhkan laboratorium khusus untuk itu, maka demikian pula halnya jiwa, memerlukan menempaan berupa zuhud, mujahadah, dan riyadhah.

Zuhud diartikan sebagai upaya untuk memiliki diri sendiri sehingga tidak gampang didekte oleh dtarik dunia, seperti harta, tahta, status, dan nafsu kebinatangan. Orang yang menjalani praktek zuhud (zahid) tidak mesti harus menjauhi dunia apalagi membencinya. Akan tetapi faktor dunia bukan lagi menjadi referensi utama di dalam menentukan langkah di dalam menjalani kehidupan. Ia begitu tulus, ikhlas, pasrah (tawakkal), sabar, dan istiqamah menempuh kehidupan.

Mujahadah ialah melakukan kesungguhan hati, pikiran, dan badan di dalam upaya mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah Swt. Ia seperti tidak kenal lelah dan jenuh mencari dan terus mencari jalan kedekatan itu, dan mungkin pada saatnya menjumpai apa yang ia cari. Riyadhah ialah menjalani upaya rutinitas spiritual dengan penuh ketulusan menyatakan kehambaannya kepada Tuhan. Baginya sudah tidak ada lagi bedanya antara yang peritah wajib dan perintah sunnat, dan Haram dan makruh, semuanya diperlakukan sama dengan penuh kenikmatan tanpa beban di dalam menjalaninya.

Secara umum, kitab ini mengajak kepada kita untuk menghakimi diri sendiri dan menuduh diri sendiri. Mengajak bijak dan toleran. Sebab manusia lebih mudah menyalahkan orang lain dibanding melihat kesalahan diri sendiri. Pandai melihat kekurangan orang lain namun terlalu bodoh melihat kekurangan diri. Terlalu cakap mengomentari orang lain namun bisu berkomentar atas dirinya sendiri, dan seterusnya.

Di dalam Kimiya-u as-Sa’adah kebahagiaan dapat dicapai salah satunya dengan cara mengenal diri. Kita awali dengan pertanyaan sederhana, siapa diri kita? Jika itu kita lakukan maka akan menjadi upaya yang tidak berkesudahan. Bagaimana kita dapat mengenali diri seutuhnya sedangkan manusia memiliki aspek jasmani dan rohani. Mengenali aspek jasmani (nampak) saja masih banyak yang belum mengerti. Mulai dari tinggi badan, berat badan, model muka, warna rambut, warna kulit dan seterusnya.

Sedangkan secara rohani (jiwa) masih banyak term-term yang perlu diketahui, sebagai proses pengenalan diri yang seutuhnya, biasa disebut dengan istilah muhasabah. Kita harus melakukan introspeksi diri dengan cara bertanya kepada diri sendiri agar mengetahui hakikat dari hidup ini. Manusia hidup di dunia itu ibarat musafir. Ini merupakan filosofi hidup yang tinggi dan paling bermakna. Sachiko Murata, mengerti diri artinya tahu apa itu kehidupan dan mengerti apa artinya menjadi manusia.

Imam al-Ghazali dalam Kimia kebahagiaan mengajak kita untuk melakukan monolog sebagai berikut: Anda itu sejenis apa? Anda ke tempat ini dari mana? Untuk apa Anda dicipta? Dengan apa Anda bahagia? Dan karena apa Anda sengsara? Jika itu semua dilakukan kita akan mudah mengenali diri. Bahkan akan menumukan kebahagiaan yang sejati.

Sebagai referensi untuk menjawab pertanyaan tersebut, Imam al-Ghazali memberikan klasifikasi partikel-partikel yang ada dalam diri manusia; Pertama, sifat kebinatangan yakni bahagia dengan terpenuhinya kebutuhan makan, minum, tidur dan seks. Kedua, sifat binatang buas yakni bahagia karena bisa memukul, membunuh, memangsa. Ketiga, sifat iblis yakni bahagia dengan cara melakukan makar, kriminal dan tipu muslihat. Keempat,  sifat malaikat yakni bahagia karena merasakan indahnya kehadiran Allah dalam hidupnya. Hal ini dicapai dengan mengenali asal usul dan hakikat diri.

Dari sini kita dapat menuduh diri kita sendiri, selama ini sifat apa yang mendominasi dan bergerilya dalam tubuh kita. Dan itu semua mempengaruhi kondisi kebahagiaan dalam setiap individu. Sifat-sifat tersebut dapat diibaratkan bahan bakar kendaraan tubuh yang akan  melaju dan mengantarkan ke mana tujuan yang akan ditempuh.

Semoga buku terjemah ini senantiasa membawa manfaat bagi siapa pun yang membacanya. Semoga Allah SWT menjadikan amal ini sebagai berkah bagi kita semua. Aamiin.


Bekasi, November 2021


Bahrudin Achmad



Post a Comment

Silakan berkomentar dengan indah dan bijak

Previous Post Next Post

Contact Form